Aku terbangun dari mimpiku, mimpi dalam arti sebenarnya. Kemaren benar-benar melelahkan buatku sampai aku tidak ingat lagi jam berapa aku tidur semalam. Badan yang remuk redam karena berkelling semarang, nonton film yang sangat inspiratif “negeri 5 menara”, dan ketemu dengan anak hilang di BRT membuatku kecapekan.
Aku lihat jam di hp.ku menunjukkan pukul 13.00 saat aku masih berdiri di trotoar untuk menunggu bis yang lewat, ah sudah terlalu siang gumamku. Panas terik maahari negeri tropis ini tidak menyurutkan sedikitpun niatku untuk mencari segenggam inspirasi. Minibus sudah mulai kelihatan mendekat, setelah dekat aku lalu melambaikan tanganku dan naik. Tidak banyak orang yang naik bus itu. Akupun sangat jarang naik bus. Dan, tidak seperti biasanya tidak ada kondektur yang meminta uang kepada para penumpang. Entah kenapa tapi ada beberapa perasaan tidak enak dan akupun mulai terpikirkan akan sebuah prediksi, kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi suatu saat jika kondisi ini terus begini.
Dulu, bis merupakan sebuah sarana transportasi masal yang menjadi primadona bagi para masyarakat untuk bepergian. Bus menjadi penting karena kendaraan pribadi masih merupakan barang tersier dan masih jarang dimiliki oleh masyarakat. Aku masih ingat sekali beberapa tahun lalu saat masih mengenakan seragam putih-biru maupun putih abu-abu, aku masih ingat bau badan orang yang bercampur, masih ingat sekali teriakan kernet yang bergelantungan di pintu bis yang hampir semua anggota badannya berada diluar bus. Serta, masih jelas tergambar akan trik-trik lihaiku saat mengelabuhi kernet agar tidak membayar. Semua masih jelas terekam, namun suasana lain aku rasakan sekarang, bus terlihat lengang dengan masih separuh kursi di dalamnya belum terisi.
Di kampungku kaliwungu, ada hal yang tidak jauh berbeda sebenarnya akan fenomena bus yang aku tumpangi ini. Ada sebuah mobil pick up yang akan mengantarkan penumpang menuju beberapa tempat di kaliwungu,Kendal. Sebuah transportasi yang tidak biasa karena menggunakan mobil pick up untuk mengantarkan anak sekolah, karyawan pabrik, pedagang pasar dan siapapun. Sebuah moda transportasi yang sudah tergerus oleh perkembangan jaman dan segalabentuk kemudahan system untuk memiliki kendaraan pribadi.
Ya, baik bus yang sedang aku tumpangi ini maupun mobil pick up kampungku tadi sekarang sudah hampir punah mungkin. Mereka sudah tidak lagi menjadi primadona transportasi bagi masyarakat untuk bepergian. Banyaknya orang yang sudah mempunyai kendaraan pribadi membuat para kernet dan sopir angkutan umum seperti ini semakin sulit. Bahkan sekarang ini, mayoritas angkutan kecil tersebut sudah tidak menggunakan jasa kernet lagi, yang berarti pendapatan supir bus maupun angkutan umum lainnya mulai berkurang. Hal tersebut tidak lain disebabkan oleh maraknya penggunaan kendaraan pribadi oleh para masyarakat. entah ini bisa kita sebut dengan kemajuan atau malah kemunduran. Yang pasti, sudah banyak orang yang kehilangan lapangan pekerjaan di sector informal yang disebabkan oleh keberadaan kendaraan pribadi yang semakin mudah kita dapatkan.
Setiap saya melihat berita tentang transportasi di luar negeri, seperti amerika maupun eropa serta bahkan sengapura dan Malaysia, saya merasakan sebuah kecemburuan batin yang sangat karena saya melihat jalan-jalannya yang rapi, banyak orang berjalan kaki dan sedikit yang menggunakan kendaraan pribadi bakan nyaris tidak ada motor.
Setahu saya, beberapa Negara tersebut ada beberapa kebijakan yang mempersulit penggunaan bahkan kepemilikan kendaraan pribadi. Pertama, setahu saya, pajak yang ditanggungkan kepada pemilik kendaraan pribadi sangat mahal sehingga hanya beberapa orang dari kalangan menengah atasa sajalah yang memiliki kendaraan pribadi dalam hal ini mobil. Kedua, mahalnya biaya parker yang ditetapkan oleh pemerintah yang mengakibatkan masyarakat disana lebih memilih menggunakan transportasi umum yang dinilai lebih murah dibandingkan dengan mengunakan kendaraan pribadi. Tidak ayal, hal tersebut membuat kendaraan umum lebih diminati oleh masyarakat luar dibadingkan dengan kendaraan pribadi.
Kita bandingkan dengan Indonesia, kemudahan-kemudahan dalam menggunakan kendaraan pribadi membuat angkutan umum sepi serta membuat jalanan macet. Keberadaan sepeda motor yang hampir dimilki oleh seluruh rakyat Indonesia ini membuat kesemrawutan jalan raya semakin menjadi-jadi.
Menurut saya, ada beberapa hal yang mungkin menjadi factor akan fenomena ini. Pertama, kemudahan dalam mendapatkan kendaraan pribadi dengan berbagai macam program kredit yang ditawarkan oleh perusahaan jasa asuransi maupun bank membuat orang mudah mendapatkan kendaraan. Kedua, pajak kendaraan bermotor yang murah membuat kendaraan pribadi bukanlah menjadi barang langka atau barang mewah lagi pasalnya bahkan banyak keluarga yang memliki lebih dari 2 sepeda motor ataupun mobil. Factor yang lain adalah biaya parkir yang murah membuat pengguanaan sepeda motor ataupun mobil menjadi lebih sering bahkan tidak jarang kita lihat orang menggunakan sepeda motor hanya untuk membeli sesuatu di took yang jaraknya hanya beberapa ratus meter. Factor selanjutnya tidak lain adalah karena memiliki kendaraan pribadi dapat meningkatkan status sosial dalam suatu masyarakat. hal ini menyebabkan para industry otomotif melihat Negara ini semacam lumbung emas untuk meraup untung.
Sudah sepatutnyalah pemerintah dalam hal ini sebagai pembuat keputusan untuk lebih memperhatikan kendaraan umum dan lebih membatasi keberadaan kendaraan pribadi di jalan raya. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti kita dapat merasakan sebuah kenyamanan dalam berkendara tanpa kemacetan dimana-mana. Aku yakin Indonesia bisa karena Indonesia hebat.